cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 1 (2016)" : 10 Documents clear
PROBABILITAS TERPERANGKAPNYA SAMPAH NON-ORGANIK DI KAWASAN MANGROVE STUDI KASUS: PANTAI KARANGANTU, KOTA SERANG Marsondang, Ance Tampuk Tampuk; Muntalif, Barti Setiani; Sudjono, Priana
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.2

Abstract

Abstrak: Aktivitas antropogenik memberikan dampak besar terhadap pencemaran di lingkungan perairan karena menghasilkan banyak sampah organik dan non-organik. Pada penelitian ini ditemukan banyak sampah non-organik di badan sungai dan di kawasan mangrove.  Akumulasi sampah non-organik tersebut menjadi suatu ancaman besar dalam kelangsungan hidup mangrove karena mengganggu proses regenerasi dari vegetasi mangrove. Lokasi penelitian terletak pada Pantai Karangantu, Banten. Pengumpulan data dilakukan selama 3 Bulan, dari Januari-Maret 2015. Metode pengumpulan data yaitu observasi langsung di lapangan. Data yang terkumpul sebanyak 32 data sampah dan 6 data kualitas air. Metode analisa yang digunakan untuk menghitung keterkaitan faktor lingkungan dengan jumlah sampah yang masuk ke kawasan mangrove menggunakan model statistik. Faktor lingkungan pasang surut memberikan pengaruh cukup kuat yaitu sebesar 66% pada bagian depan sebelah timur kawasan mangrove, jumlah kapal yang melintas juga memberikan pengaruh akan tetapi lemah yaitu sebesar 9,4% pada bagian depan sebelah timur kawasan mangrove dan kecepatan arus memberikan pengaruh akan tetapi lemah yaitu sebesar 3,2% pada bagian depan sebelah barat kawasan mangrove. Kondisi kualitas air Perairan Karangantu dinilai buruk, karena tingginya kekeruhan, kadar nitrat, ammonia dan fosfat. Aktivitas masyarakat yang menyebabkan penurunan kualitas air di Perairan Karangantu meliputi aktivitas pengisian bahan bakar dan penggantian oli mesin kapal, aktivitas pasar tradisional, adanya kegiatan pembuatan ikan asin dan aktivitas antropogenik lainnya. Kata kunci: mangrove, sampah non-organik, pasang surut, jumlah kapal yang melintas, kecepatan arus Abstract : Anthropogenic activities have a major impact on the pollution in aquatic environments because it produces a lot of organic and non-organic waste. This study found many non-organic waste in water bodies and in mangrove areas. Accumulated non-organic waste is becoming a major threat to the survival of mangroves for disturbing the regeneration of mangrove vegetation. Location of the study located in Karangantu Beach, Banten. Data collection is done for 3 months, from January to March 2015. Methodology of collection data is direct observation in the field. Data were collected as many as 32 data of waste and 6 data of water quality. Methodology of the analysis was used to calculate relevance of environmental factors with the number of waste that goes to the mangrove areas using statistical models. Environmental factors of tidal gives effect is strong enough that is equal to 66% at the front of the east area of mangrove, the number of ships that pass also gives effect but weak approximately 9,4% at the front of the east area of mangrove and current velocity gives impact but weak approximately 3,2% at the front of the west area of mangrove. Bodies of water quality conditions of Karangantu considered bad, because of the high turbidity, nitrate, ammonia and phosphate. Community activities that lead to degradation of water quality in Karangantu include activities refueling and engine oil replacement ship, the traditional market activity, the activity of making salted fish and another anthropogenic activities. 
IDENTIFIKASI DAN DISTRIBUSI PENCEMAR PESTISIDA ORGANOKLORIN PADA UDARA AMBIEN DI DAERAH PERTANIAN HULU SUNGAI CITARUM Prananditya, Rahardrian; Oginawati, Katharina
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1313.695 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.8

Abstract

Abstrak: Pestisida merupakan salah satu pencemar yang berasal dari kegiatan pertanian. Salah satu golongan pestisida yang sering digunakan adalah pestisida organoklorin. Beberapa pestisida organoklorin termasuk dalam kelompok persistent organic pollutants (POP?s) yang merupakan jenis pencemar yang dipermasalahkan di seluruh dunia akibat sifatnya yang kronis, persisten dan bioakumulatif. Meskipun penggunaan pestisida ini sudah dilarang  di Indonesia,  namun masih banyak petani yang menggunakannya, termasuk di daerah hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat. Penelitian/pengambilan data terutama akan difokuskan pada wilayah perkebunan, dikarenakan di wilayah perkebunan kuantitas pemakaian pestisida paling banyak digunakan, mengingat komoditas tanaman perkebunan yang ada di wilayah ini sangat rentan terkena hama. Pengambilan sampling dilakukan berdasarkan metode penentuan pestisida di udara ambien, menggunakan High Volume Sampler dan dianalisis dengan metode Gas Kromatografi (EPA Methods T04). Parameter organoklorin yang diukur yaitu Lindan, Heptaklor, Aldrin, Endosulfan, DDT, Dieldrin, dan Endrin. Penentuan lokasi titik sampling ditentukan berdasarkan 3 kriteria: dekat dengan sumber, jarak 50 meter dari sumber, dan jarak 100 meter dari sumber. Hasil pengukuran menunjukkan konsentrasi organoklorin terdeteksi pada kisaran 0 ? 0,119 mg/m3 std untuk fase partikulat dan 0 ? 0,183 mg/m3 std untuk fase gas, dengan 1 parameter Endrin melebihi baku mutu. Penyebaran organoklorin dianalisis dan dibuat peta penyebaran/pemodelan spray dengan metode dispersi atmosfer berbasis Sistem Informasi Geografis. Penyebaran organoklorin di udara dipengaruhi oleh faktor-faktor  meteorologis seperti angin, temperatur, tekanan, kelembapan, serta faktor  ukuran partikel pestisida yang disemprotkan Kata kunci: DAS Citarum, high volume sampler, organoklorin. Abstract : Pesticides are one of the pollutants that come from agricultural activities. One of themthat commonly used  is organochlorine pesticide. Some organochlorine pesticides belong to persistent organic pollutants (POP?s) which is a type of pollutant at issue all over the world due to its chronic, persistent and bioaccumulative character. Although the use of this pesticide has been already banned in Indonesia, there are still farmers who use this pesticide especially in the headwaters of Citarum watershed, West Java. Research / data sampling will primarily be focused on the plantation areas because the large use of pesticides in these areas due to highly-vulnerable commodity. Sampling method isrefers toDetermination of Pesticide in Ambient Air using High Volume Sampler and analyzedwith Gas Chromatographic method (EPA Methods T04). Parameters measured are Lindan, Heptaklor, Aldrin, Endosulfan, DDT, Dieldrin, and Endrin. Determining the location of the sampling point is determined by three criteria: close to the source, a distance of 50 meters from the source, and the distance of 100 meters from the source. The measurement results showed concentrations of organochlorines were detected in the range of 0 to 0.119 mg/m3 std for particulate phase and 0 to 0.183 mg/m3 std for the gas phase, with 1 parameter Endrin exceeds quality standards. Organochlorines spreading was analyzed and converted into spray modeling with the method of atmospheric dispersion based on Geographic Information System. Spreading of organochlorines on air is affected by meteorological factors such as windspeed and direction, temperature, pressure, humidity, and also particle size of spray drift. Key words: ambient, DAS Citarum, high volume sampler, organochlorine.
EVALUASI KEBERLAJUTAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH PERDESAAN DI KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER PROPINSI JAWA TIMUR Krisdhianto, Andhi; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1115.052 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.3

Abstract

Abstrak: Pemenuhan kebutuhan air bersih di wilayah perdesaan biasanya dilakukan secara individu dan secara komunal, perpipaan air bersih adalah salahsatu cara memennuhi kebutuhan air secara komunal. Perpipaan air bersih perdesaan dikelola oleh masyarakat dengan membentuk kelompok pengelola, di Kecamatan Ledokombo terdapat 42 sistem perpipaan air bersih, 24 sistem diantaranya dapat berjalan dengan baik namun 18 sistem dalam keadaan tidak baik. Oleh karena itu perlu dikaji faktor apa yang mempengaruhi sistem penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo dan strategi apa yang perlu dibangun. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini Confirmatory faktor Analisis (CFA) untuk mengkonfirmasi faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sedangkan analisis SWOT dan Matrik IE digunakan untuk menyusun strategi. Berdasarkan hasil analisis, faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sistem penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo adalah peranserta masyarakat, teknis, pembiayaan dan lembaga. Sementara faktor lingkungan tidak signifikan mengukur keberlanjutan penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo karena nilai komponen matriknya < 0,50. Nilai total Rating Score IFAS 2,43 pada Matrik IE sebagai sumbu X dan nilai total Rating Score EFAS 2,67 pada Matrik IE sebagai sumbu Y, maka sistem penyediaan air bersih perdesaan di Kecamatan Ledokombo masuk dalam wilayah Mandiri dan Membangun. Strategi yang dapat dibangun diantaranya adalah perbaikan infrastruktur, pelatihan bagi pengelola, pembentukan badan pengawas, meningkatkan peranserta masyarakat, penambahan sambungan rumah dan memaksimalkan penagihan iuran air bersih. Kata kunci: keberlanjutan, penyediaan air bersih, air bersih, perdesaan Abstract: Fulfillment the needs of clean water in rural areas is usually performed individually and communally, piping clean water is one way of meeting water needs communally. Management of clean water piped rural communities by forming a management group, in Subdistrict Ledokombo there are 42 water piping system, 24 of which system to run well but 18 system is in bad condition. Therefore, it is necessary to study what factors influence rural water supply system in the Subdistrict Ledokombo and what strategies need to be built. The analytical method used in this study Confirmatory factor analysis (CFA) to confirm the factors affecting the sustainability while SWOT analysis and IE Matrix is used to strategize. Based on the analysis, factors affecting the sustainability of rural water supply systems in Subdistrict Ledokombo is community participation, technical, financing and institutions. While environmental factors are not significant to measure the sustainability of rural water supply in the Subdistrict Ledokombo because component matrix values <0.50. The IFAS rating score of 2.43 on a matrix IE as the X-axis and the EFAS rating score of 2.67 on a Matrix IE as the Y-axis, the rural water supply systems in Subdistrict Ledokombo included in the Self and Build. The strategy can be built include infrastructure improvements, training for managers, the establishment of supervisory board, increase community participation, increase in house connections and billing maximize clean water fee. Keywords: sustainability, water supply, clean water, rural
PENENTUAN TEKNOLOGI SANITASI DI KAWASAN SPESIFIK DAERAH KERING (STUDI KASUS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NTT) Durriyyah, Samahatud; Soewondo, Prayatni; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.629 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.9

Abstract

Abstrak: Salah satu wilayah spesifik yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah adalah wilayah spesifik dengan kondisi Iklim semi arid, dimana curah hujan rendah dan potensial evapotranspirasi yang tinggi menyebabkan wilayah NTT khususnya Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki permasalahan penyediaan fasilitas sanitasi, terutama dalam infrastruktur air buangan domestik. Penelitian ini ingin mengetahui keadaan kapasitas masyarakat dan faktor apa saja yang mempengaruhi keberlanjutan teknologi sanitasi air buangan sehingga dapat ditentukan teknologi yang sesuai. Beberapa faktor kapasitas yang dikaji meliputi faktor institusi, ekonomi, lingkungan, teknis, dan sosial-budaya. Untuk mengetahui hal ini, dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan observasi lapangan. Selanjutnya dianalisis secara deskriptif, crostab, dan analisis Analytical Hierarcy Proscess (AHP) untuk menentukan prioritas faktor dan sub faktor yang mempengaruhi keberlanjutan sanitasi sehingga didapatkan teknologi sanitasi yang paling cocok. Dari analisis deskriptif didapatkan hasil bahwa 50% responden tidak memiliki fasilitas sanitasi dan melakukan Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di kebun dan bersih diri menggunakan serasah daun. Dari analisis crostab dapat diketahui bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan penghasilan terhadap kepemilikan WC, cara bersih diri, dan penerimaan terhadap teknologi yang ditawarkan. Dari analisis kuesioner ahli dengan analisis AHP yang memberikan hasil bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan teknologi sanitasi adalah faktor teknis dan teknologi yang paling tepat untuk masyarakat daerah spesifik lahan kering adalah cubluk, cubluk kembar, dan ecosan. Dari hasil keseluruhan analisis didapatkan rekomendasi teknologi sanitasi untuk daerah kering adalah cubluk satu lubang dengan sistem kering.   Kata kunci: Analisis kapasitas masyarakat, kawasan spesifik daerah kering, teknologi sanitasi Abstract : One of the specific areas that have received less attention from the government is a specific area with a semi-arid climate conditions, where low rainfall and high evapotranspiration potential causes NTT especially Southwest Sumba Regency has a problem providing sanitation  facilities, especially in the domestic waste water infrastructure. Therefore in this study wanted to know the state of the capacity of communities and the factors that affect the sustainability of the waste water sanitation technologies that can be determined in accordance with regional technology studies. Some of the factors that capacity factors examined include institutional, economic, environmental, technical, and socio ? cultural. To know this, do data collection using questionnaires and field observations. Next, will be analyzed by descriptive, crostab, and Analytical Hierarcy Proscess (AHP) to determine the priority factors and sub- factors that affect the sustainability of sanitation to obtain the most suitable sanitation technologies from the descriptive analysis showed that 50 % of respondents do not have sanitation facilities and conduct defecation gratuitous (BABS) in the garden and clean themselves using leaf litter. Crostab analysis can be seen that there is a relationship between level of education and income against WC ownership, how to clean themselves, and acceptance of the technology offered.  AHP analysis which provides results that the most influential factor in the choice of sanitation technology is a technical factor. But the results of advice most appropriate technology for a specific area of dryland communities is cubluk, cubluk twin, and ecosan. From the overall results of the analysis obtained on sanitation technologies for arid areas is cubluk  one hole with dry system. Key words: community capacity analisys, specific dry areas, sanitation technology
ALTERNATIF PENYEIMBANG STOK KARBON UNTUK PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)/ STAR ENERGY GEOTHERMAL WAYANG WINDU LIMITED (SEGWWL) DI KABUPATEN BANDUNG) Subiantoro, Aris Dwi; Sudradjat, Arief
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1225.131 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.4

Abstract

Abstrak: Rencana penggunaan kawasan hutan oleh PT. PGE/SEGWWL untuk eksploitasi panas bumi seluas ± 78,31 ha di Kabupaten Bandung, diperkirakan akan melepaskan karbon yang disimpan sebagai biomassa. PLTP merupakan kegiatan strategis nasional, sehingga untuk mendukung kebijakan penurunan emisi GHG diperlukan kajian alternatif penyeimbang stok karbon. Penghitungan pelepasan karbon dan potensi penyerapan karbon menggunakan metode Sampling tanpa pemanenan (Non destructive sampling) dan menggunakan persamaan allometric dari penelitian-penelitian sebelumnya. Metode Analytic Hierarchi Process (AHP) digunakan untuk memilih alternatif terbaik penyeimbang stok karbon. Dari hasil penelitian diperoleh hasil yaitu perkiraan pelepasan karbon dari rencana penggunaan kawasan hutan sebesar 11.066,99 ton C. Reboisasi calon lahan kompensasi diperkirakan dapat menyerap karbon sebesar 5.016,66 ton C tahun-1 untuk menyetarakannya. Kekurangan penyetaraan karbon sebesar 6.050,32 ton C tahun-1 dapat dipenuhi dengan 3 alternatif membangun hutan rakyat yaitu 1) Jatiputih (Gmelina Arborea Roxb) seluas 50,17 ha, 2) Mindi (Melia Azedarach L) seluas 94,14 ha, dan 3) Eukaliptus  (Eucalyptus Pellita F. Muell) seluas 86,86 ha. Alternatif terbaik yang dipilih menggunakan metode AHP yaitu dengan membangun hutan rakyat Jati putih (Gmelina Arborea Roxb). Kata kunci: Karbon, Penggunaan Kawasan Hutan, Hutan Rakyat, AHP Abstract : The intended use of forest areas by PT. PGE / SEGWWL for geothermal exploitation of ± 78.31 ha in Bandung regency, is expected release carbon stored as biomass. PLTP is a strategic national initiative, so as to support the GHG emission reduction policies is necessary to study alternative carbon stock balancer. Sampling methods without harvesting (Non-destructive sampling) and using allometric equations from previous studies are used for calculation of carbon release and carbon sequestration potential. Analytic Hierarchy Process (AHP) was used to select the best alternative carbon stock balancer. The results of the research showed that estimate carbon release from forest area use plan is equal to 11.066,99 tons C. For balance,reforestation prospective land compensation is expected to sequester carbon by 5.016,66 tons C yr-1. Shortage of carbon equivalency of 6.050,32 tons C yr-1 can be filled with 3 alternative building private forests are 1) Jatiputih (Gmelina arborea Roxb) area of 50,17 ha, 2) Mindi (Melia azedarach L) covering an area of 94.14 ha, and 3) Eukaliptus  (Eucalyptus Pellita F. Muell) covering an area of 86,86 ha. The best alternative selected using AHP method is to build a private forest of Jatiputih (Gmelina arborea Roxb) Key words: Carbon, Use of Forest Areas, Private Forest, AHP.
ANALISIS DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN AIR (DTBPA) DALAM PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA IKAN INTENSIF (STUDI KASUS: KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA) Sutjinurani, Tjut; Suharyanto, Suharyanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.018 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.10

Abstract

Abstrak: Pengembangan dan pemanfaatan sumber daya perairan waduk melalui kegiatan tambahan saat ini cenderung mengabaikan fungsi utama dari pembangunan waduk itu sendiri. Akibat dari kegiatan perikanan Keramba Jaring Apung (KJA) dan perubahan fungsi lahan pada Daerah Tangkapan Air (DTA), eutrofikasi menjadi masalah utama di Waduk Cirata. Berdasarkan parameter kualitas air pH, ammonia (NH3), nitrit (NO2), nitrat (NO3), fosfat (PO4), DO dan BOD dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015, hanya parameter pH dan nitrat yang menunjukkan kesesuaian terhadap baku mutu kualitas air PP No. 82 Tahun 2001 kelas II.Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) dan penentuan alokasi jumlah limbah dari DTA serta KJA yang diperbolehkan masuk ke dalam Waduk Cirata dilakukan sebagai dasar dalam pengelolaan berdasarkan PERMENLH No. 28 Tahun 2009. Nilai DTBPA Waduk Cirata untuk parameter total P dan total N berturut-turut adalah 381.372,62 ton P/tahun dan 2.709.103,33 ton N/tahun. Beban pencemar aktual untuk parameter total fosfor adalah sebesar 197 mg P/m3 dan untuk parameter total nitrogen adalah sebesar 5.096 mg/m3, dengan perkiraan jumlah petak aktual sebanyak kurang lebih 60.000 petak. Jumlah petak keramba jaring apung harus dikurangi agar sesuai dengan ketentuan SK Gubernur Jabar No. 41 Tahun 2002, sehingga pengurangan sebanyak 80,37% untuk parameter total P dan 81,14% untuk parameter total N. Pengurangan jumlah petak KJA di area waduk dan sistem kelembagaan antara pemerintah, masyarakat dan berbagai pihak terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumberdaya merupakan merupakan solusi yang paling tepat untuk mengatasi permasalahan eutrofikasi di waduk. Kata kunci: Waduk Cirata, eutrofikasi, Keramba Jaring Apung (KJA), Daerah Tangkapan Air (DTA), Daya Tampung Beban Pencemaran Air (DTBPA) Abstract : The development and utilization of water resources reservoir through additional activities tend to ignore the primary function of the reservoir itself. Because of the high nutrient from floating cage aquaculture and land use changes in the catchment area of the reservoir, eutrophication become a major problem in Cirata Reservoir. Based on the water quality parameters pH, ammonia (NH3), nitrite (NO2), nitrate (NO3), phosphate (PO4), DO, and BOD from 2005 until 2015, only the parameters of pH and nitrate demonstrate the suitability of the water quality standards based on PP No. 82 of 2001 class II. Calculation of Total Maximum Daily Load (TMDL) and the determination of the allocation of the amount of waste from the DTA and the KJA is allowed to enter into Cirata performed as a basis for management based on Regulation of the Minister of Environment no. 28 of 2009. TMDL value of Cirata Reservoir for the parameters total P and total N in a row is 381,372.62 tons P/year and 2,709,103.33 tons N/year. Actual pollution load for total phosphorus parameters amounted to 197 mg P/m3 for total nitrogen parameter is equal to 5,096 mg N/m3, with an estimated amount of the actual plot of approximately 60,000 plots. Total plot floating cages should be reduced to conform with the provisions of the Decree of the Governor of West Java no. 41 of 2002, so the reduction of as much as 80.37% for the parameters total P and 81.14% for total parameter N. Reduction of the number of plots KJA in the area between the dam and the institutional system of government, the public and various stakeholders in the planning, implementation, utilization, and monitoring of natural resources is the most appropriate solution to overcome the problem of eutrophication in the reservoir. Key words: Cirata Reservoir, eutrophication, floating cage aquaculture, catchment area, Total Maximum Daily Load (TMDL)
DEGRADASI ZAT WARNA PADA AIR GAMBUT MENGGUNAKAN METODE KOMBINASI KOAGULASI DAN FOTOKATALITIK ZNO Juhra, Fatimah; Notodarmodjo, Suprihanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (955.572 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.5

Abstract

Abstrak: Telah dilakukan penelitian tentang degradasi intensitas zat warna air gambut dengan fotokatalis ZnO. Penelitian ini meliputi proses pre-treatment dengan koagulasi dan post treatment dengan penentuan jumlah optimum fotokatalis ZnO, pH optimum dan konstanta laju reaksi (k). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses pre-treatment menggunakan koagulasi dengan koagulan aluminium sulfat pada dosis 110 ppm dan pH 6,5 dengan persentase penyisihan kekeruhan, warna dan TSS, masing-masing 89%, 78% dan 98%. Pada proses fotokatalis menunjukkan bahwa kondisi optimum proses degradasi intensitas zat warna pada air gambut memerlukan 0,5 g/L katalis ZnO, pH 4 dan wakti radiasi sinar UV selama 120 menit. Konstanta laju fotodegrdasi intensitas zat warna sebesar 0,0209 menit-1 dengan persentase degradasi sebesar 20,54 %. Air gambut sebelum perlakuan memiliki konsentrasi intensitas zat warna sebesar 527 Pt.Co dapat disisihkan menjadi 10 Pt.Co dengan kombinasi koagulasi dan fotokatalis ZnO.  Kata kunci: Air Gambut, Aluminium Sulfat, Fotokatalis, Koagulasi, ZnO Abstract : Has done research on the degradation of color substances in peat water with photocatalysts ZnO. This study includes pretreatment process with coagulation and post treatment to determine the optimum dose of ZnO photocatalyst, optimum pH and the reaction rate constant (k). The result showed that the pretreatment process using coagulation with Al2SO4 at 110 ppm dose, and pH 6,5 with the percentage of removal for turbidity, color and TSS are 89%, 78%, and 98%, respectively. Photocatalysts process showed that the optimum condition of color substance degradation in peat water requires 0,5 g/L ZnO, pH 4 and UV radiation for 120 minutes. Photodegradation rate constant of 0,0209 min-1 and the percentage of degradation is 20,54%. The peat water before treatment has color substance concentration can be set aside for 527 Pt.Co to 10 Pt.Co with the combination of coagulation and ZnO photocatalyts process. Key words: Aluminum Sulfate, Coagulation, Peat Water , Photocatalyst,  ZnO
BASELINE BEBAN EMISI SEKTOR TRANSPORTASI DI KORIDOR PASTEUR-CILEUNYI DAN UJUNGBERUNG-GEDEBAGE, BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA Sidjabat, Filson Maratur; Driejana, Driejana; Sjafruddin, Ade
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1551.302 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.6

Abstract

Abstrak: Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca yang besar saat ini, dan menjadi tantangan besar di abad 21, khususnya dalam pengembangan pembangunan transportasi yang berkelanjutan. Inventori emisi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam permasalahan pencemaran udara. Baseline emisi dihitung di beberapa titik akurat pada jalan, yang paralel dengan proyek BIUTR. Penelitian ini dilakukan di 7 ruas jalan dalam koridor Pasteur-Cileunyi dan Ujungberung-Gedebade, untuk gas rumah kaca (CO2 dan HC), dan pencemar udara lainnya (CO, NOx, dan PM10) dari sektor transportasi. Faktor emisi Inggris dignakan dalam perhitungan beban emisi karena lebih detail dan sesuai dengan kondisi di lapangan (ragam kecepatan dan jenis kendaraan). Hasil menunjukkan skenario proyek BIUTR meningkatkan beban emisi, berkaitan dengan meningkatnya volume kendaraan. Peningkatan beban emisi yang dihitung untuk proyeksi tahun 2015-2030 dari beban emisi driving adalah (34,9 - 152,13)%, (100,94 - 441,74)%, (17,53 - 70,51)%, (12,83 - 55,5)%, dan (16,65 - 70,87) %, untuk CO2, NOx, PM10, CO, dan HC, secara berurutan. Kata kunci: Baseline emisi, transportasi berkelanjutan, pencemar udara, faktor emisi Abstract : Transportation sector as one of the biggest contributors of greenhouse gas emission, becoming one of the biggest challenges in the 21st century; especially on the way people build a sustainable transportation system. Inventory emission is one of the tools that is commonly be used as a foundation tool for decision makers in managing pollution problems. Emission baseline is calculated in some precisely exact points on the road, parallel with BIUTR project which plans to the extend to the existing and put some new fly over road links. This research was done in 7 lines of roads within the route between Pasteur-Cileunyi and Ujungberung-Gedebage. The research is focused on greenhouse gases, of CO2 and HC, and air pollutants (CO, NOx, and PM10) focusing on transportation as the source. British emission factor was used because it is the best implicated emission factors as it is better in details and the field condition, e.g. various speed and vehicle type. The results shows that BIUTR project scenario increases emission load, related to the increase of vehicles volume. The increase of emission calculated for 2015-2030 from driving emission load are (34,9 - 152,13)%, (100,94 - 441,74)%, (17,53 - 70,51)%, (12,83 - 55,5)%, and (16,65 - 70,87) %, for CO2, NOx, PM10, CO, and HC, respectively.Key words: Emission baseline, sustainable transportation, air pollutant, emission factor
KETERLINDIAN LOGAM BERAT DARI PEMANFAATAN LIMBAH SLAG BESI DAN BAJA SEBAGAI AGREGAT CAMPURAN LAPIS PERMUKAAN JALAN Perdana, Airine Luhnira Luhnira; Sukandar, Sukandar
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1219.916 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.1

Abstract

Abstrak: Pencemaran lindi slag menjadi fokus utama lingkungan akibat tingginya produksi limbah slag dari industri pengolahan besi dan baja. Slag terpapar hujan asam berpotensi meningkatkan keterlindian logam berat ke badan air permukaan dan air tanah. Pemanfaatan slag sebagai agregat campuran lapis permukaan jalan merupakan upaya meminimasi pencemaran dengan membatasi pergerakkan logam berat. Permen LH No.2 Tahun 2008 menuntut pemanfaatan limbah slag dengan kriteria aman bagi lingkungan dan layak secara teknis. Penelitian bertujuan untuk mengkaji keterlindian logam berat dari limbah slag besi dan baja sebelum dan setelah dimanfaatkan sebagai subtitusi bahan baku campuran lapis permukaan jalan (AC-WC) melalui solidifikasi. Jenis slag yang diteliti adalah BF dan BOF. Keterlindian logam berat limbah slag serta produk solidifikasi dianalisis melalui pengujian ANC, TCLP standar dan modifikasi, uji pelindian statis dan dinamis. Uji karakteristik fisik dan kimia menunjukkan slag BF dan BOF berpotensi untuk dimanfaatkan melalui metode solidifikasi. Secara teknis, slag BF dan BOF layak digunakan sebagai bahan baku lapis permukaan jalan karena memenuhi spesifikasi Dep. PU melalui uji mutu agregat dan kinerja. Jenis logam berat yang berkontribusi sebagai pencemar utama untuk slag BF dan BOF yaitu Fe (641,5; 692,25 mg/kg), Ba (17,25; 17,75 mg/kg), Zn (17,25; 17,75 mg/kg), Cr (7,75; 9,75 mg/kg) dan Cd (5,25; 5,75 mg/kg). Uji TCLP standar dan modifikasi mengindikasikan slag besi dan baja tidak memiliki karakteristik toksik karena konsentrasi logam berat dalam lindi tidak melampaui baku mutu TCLP mengacu PP No.101 Tahun 2014. Urutan laju pelindian logam berat statis Ba>Fe>Zn>Cd>Cr, dinamis Zn>Ba>Cr>Fe>Cd. Kandungan Cd dalam lindi statis AC-WC berpotensi menimbulkan efek karsinogen, sedangkan efek non-karsinogen ditimbulkan oleh lindi statis AC-WC berbahan baku slag BOF. Kata kunci: slag, agregat, keterlindian logam berat, solidifikasi, lapis permukaan jalan. Abstract: Slag leachate pollution can be a great environmental concern due to generation of slag in numerous amounts of iron and steel-making industries. During periods of acid rain, these exposed slags release heavy metals into surface and groundwater. Slag utilization as asphalt concrete-wearing course (AC-WC) is a minimization effort to limit heavy metals migration. Ministry Regulation No.2/2008 requires two criteria of slag utilization that are safety for environmental and technical feasibility. The aim of research is investigating heavy metals leachability from iron and steel slag, before and after utilizing as AC-WC aggregate through solidification. Leachability of heavy metals produced from slag and solidification products were analyzed by ANC test, standard and modified TCLP test, static and dynamic leaching test. Materials that used in this research are BF and BOF slag. Physical and chemical characterization test show BF and BOF slags potentially utilize through solidification method. Technically, BF and BOF slags feasible used as raw materials of AC-WC, aggregate quality and performance test result show both of slag meet the Dep. of Public Works specifications. Fe (641.5; 692.25 mg/kg), Ba (17.25; 17.75 mg/kg), Zn (17.25; 17.75 mg/kg), Cr (7.75; 9.75 mg/kg), and Cd (5.25; 5.75 mg/kg) are the major pollutants that contain in both type of slags. Standard and modified TCLP test show BF, BOF slag, and solidification products are have no toxic character, heavy metals concentration in leachate not exceed the quality standards refer to GR No.101/2014. Static leaching rate of metals show Ba>Fe>Zn>Cd>Cr and Zn>Ba>Cr>Fe>Cd for dynamic. Cd in static AC-WC leachate has carcinogenic effect potential, while non-carcinogenic effects caused by static BOF AC-WC leachate. Keywords: slag, aggregate, heavy metals leachability, solidification, asphalt concrete ? wearing course.
SIMULASI PEMODELAN JARINGAN JALAN UNTUK MEMPREDIKSI PENGURANGAN EMISI CO, NOX, PM10, DAN SO2 DARI RENCANA PEMBANGUNAN BUS RAPID TRANSIT DI KOTA TANGERANG Maulana B.S, Qiyam; Sofyan, Asep; Frazila, Russ Bona
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1448.28 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.7

Abstract

Abstrak: Pencemaran udara saat ini menjadi salah satu masalah utama di kota-kota besar di Indonesia seperti di kota Tangerang. Sebagai daerah penyangga ibu kota Negara DKI Jakarta, Kota Tangerang merupakan salah satu wilayah dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ditandai dengan bertambahnya jumlah industri, kawasan bisnis dan jumlah kendaraan bermotor. Saat ini jumlah dan penggunaan kendaraan bermotor bertambah dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 10% per tahun. Pemerintah kota Tangerang berencana membangun fasilitas Bus Rapid Transit (BRT) guna mengatasi masalah kemacetan. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada berkurangnya emisi yang dihasilkan dari sektor transportasi karena berkurangnya penggunaan kendaraan pribadi yang beralih ke BRT. Terdapat tiga skenario pemodelan yang dibuat pada penelitian ini yaitu Business As Usual, skenario BRT satu koridor, dan Skenario BRT 5 Koridor. Ketiga skenario tersebut juga diproyeksikan dalam lima tahun kedepan yaitu tahun 2021. Inventarisasi Emisi pada Segementasi Jalan di Kota Tangerang Tahun 2016 tanpa skenario adalah 270.292 ton/tahun untuk polutan CO. Polutan NOx sebesar 23.857 ton/tahun. Polutan PM10 sebesar 3.349 ton/tahun dan polutan SO2 sebesar 571 ton/tahun. Hasil dari penelitian menunjukkan Penurunan beban emisi dari skenario BRT 1 koridor pada tahun 2016 rata ? rata sebesar 1,5%. Untuk proyeksi tahun 2021 penurunan dari skenario BRT 1 koridor sebesar 5,6%. Sedangkan untuk skenario BRT 5 koridor rata-rata penurunan beban emisinya sebesar 16 %. Kata kunci: Inventarisasi emisi, pemodelan jaringan jalan, bus rapid transit Abstract : Air pollution is currently one of the main problems in big cities in Indonesia such as in the city of Tangerang. As the buffer area state capital of Jakarta, Tangerang City is one of the areas with a high rate of economic growth marked by the growing number of industries, the business district and the number of motor vehicles. Currently the number and use of motor vehicles increased with an average growth rate of 10% per year. Tangerang city government plans to build facilities Bus Rapid Transit (BRT) in order to overcome the problem of traffic jam. It certainly will have an impact on the reduction of emissions resulting from the transport sector due to reduced use of private vehicles are switching to BRT. There are three scenarios modeling made in this study is Business As Usual scenario, BRT one corridor scenario, and BRT five corridor Scenario. The three scenario is also projected in five years until 2021. Emissions Inventory at Tangerang Segmentation 2016 without scenario is 270.292 tonnes / year for pollutants CO. NOx pollutants by 23.857 tonnes / year. PM10 pollutants by 3.349 tons / year and pollutants SO2 by 571 tons / year. Results from the study showed that average reduction value of BRT one corridor scenario in 2016 is 1.5%. For the projected 2021 of BRT one corridor scenario by 5.6%. While the BRT five corridor scenario for an average reduction of emissions burden quite by 16%. Key words: emission inventory, road network modeling, bus rapid transit

Page 1 of 1 | Total Record : 10